Hidup Ini Tidak Adil
Saya baru saja bermimpi. Mimpi yang membuat saya senang dan sedih secara bersamaan. Tiba-tiba saya ingin menulis di sini. Hal yang tidak terkait langsung dengan mimpi tersebut. Mimpi tentang kamu (hilih kintil!)
Ternyata, hidup ini merupakan kompetisi yang berkesinambungan ya. Dahulu, saya masuk SD yang cukup favorit pada waktu itu. Saya selalu mendapat juara kelas. Ya setidaknya mendominasi di peringkat pertama, bersaing dengan perempuan-perempuan pintar itu. Namun, saya tidak terlalu mengingat jelas perjuangan saya meraih title tersebut. Mungkin saya sudah pintar dari sananya wkwk. Saya malah mengingat sempat membuat beberapa teman saya menangis hanya dengan kata-kata dan seketika saya menjadi public enemy wkwk (Udah bakat jadi psikopat lu cok!).
Saat hendak melanjutkan sekolah ke SMP, saya sepertinya dituntut untuk masuk ke SMP X. Karena pindah rayon, saya harus dites terlebih dahulu. Lagi-lagi saya tidak ingat bagaimana perjuangan menjalani tes tersebut (Apa emang udah pikun gua ya?!). Saya malah mengingat sempat menjadi bahan 'palakan' di sana wkwk. Untuk prestasi, nampaknya saya cukup unggul, namun tidak menjadi yg pertama saya rasa. Lagipula sistem ranking sudah dihapuskan, sehingga saya tidak punya bukti otentiknya. Saya juga ingat sempat menjadi 'kartu as' dipelajaran matematika kelas 9. Saat orang lain tidak bisa mengerjakan suatu soal, saya yang disuruh mengerjakannya hehe.
Berlanjut ke SMA, lagi-lagi saya harus tes. Lagi-lagi pula saya tidak ingat perjuangan saya lulus dari tes tersebut (Fix alzheimer lu!). Saat kelas 10, saya sempat masuk kelas unggulan yang isinya (katanya) orang-orang pintar semua. Ternyata? Memang benar adanya. Saya merasa menjadi kaum pertengahan di sana wkwk. Terlalu banyak orang brilian di sana.
Saat hendak lulus SMA, saya mendapat tiket SNMPTN undangan. Lima puluh persen siswa 'teratas' dalam kelas mendapatkannya. Namun, karena salah stategi dan kurang menyadari bahwa ini kompetisi nasional, saya pun gagal. Berlanjut ke SNMPTN tertulis. Berbekal pengalaman kegagalan, saya pun lulus di PTN X, dan hebatnya tanpa mengikuti bimbel (karena tidak punya uang wkwk).
Di bangku kuliah, saya rasa, saya benar-benar kurang prestatif, benar-benar menjadi kaum moderat. Saya harus sadari ini sudah level nasional. Perkuliahan saya cukup lancar, tanpa pernah mengulang, walaupun kalkulus (dan mata kuliah sulit lainnya) dapat C. Hanya saja saya terhambat di tugas akhir. Saya menyadari bahwa saya ditantang untuk menyelesaikan tugas tersebut bukan hanya dengan intelektualitas, namun harus dengan beberapa soft skills (keberanian, optimisme, kepercayaan diri, kreativitas, kesabaran, dll.). Saya pun sangat kesulitan sehingga sempat putus asa. Ingin bunuh diri namun masih takut dosa wkwk. Melalui perjungan 'pasang muka tebal', saya pun lulus, namun tidak tepat waktu.
Lanjut ke dunia kerja. Di sini saya sadari sudah hampir tidak dibutuhkan intelektualitas (yang selama ini saya andalkan sejak SD). Sejauh ini, saya gagal di semua tes dan interview kerja. Sempat merasa tidak kompeten dan akhirnya putus asa. Namun, saya mulai berpikir dan menyadari bahwa...
Kita berkompetisi dalam ketidakadilan.
Saya ingat waktu SMP, sempat ada kelas tambahan saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Saya sadari itu adalah ruang itu teman-teman kita yang mungkin kurang kompeten atau kurang beruntung (karena tidak lulus tes dan nilai), atau bahasa kasarnya adalah untuk teman-teman kita yang nyogok. Saat kuliah, sempat menerka dan menyadari bahwa salah satu teman saya pun nyogok. Ada kesaksian dari keluarga saya, ada satu keluarga yang merupakan 'keluarga PNS', dan lagi-lagi (mungkin) itu hasil nyogok. Kesaksian lain pula ada seseorang yang hendak masuk instansi tertentu dengan nyogok dengan nominal yg luar biasa.
Lalu, apalah arti ujian/tes dan segala tetek bengeknya jika pada akhirnya harta dan kekuasaan dapat mengalahkan kompetensi dan usaha. Benar-benar neraka untuk saya/kami yang tidak berharta dan berkuasa.
Berhenti sampai di sana?
Untungnya kita berkompetisi dalam ketidakadilan dengan peluang berhasil tidak sama dengan nol persen.
Artinya, masih ada peluang sih. Saya cukup banyak mendapat referensi kisah tentang perjuangan kerabat dekat melawan ketidakadilan tersebut, dan berakhir manis. Ya setidaknya jangan pernah menyerah dan terus perbaiki diri. Klise sih, tapi tak ada pilihan lain.
Dunia yang (kita anggap) penuh dengan ketidakadilan ini pun pada akhirnya membutuhkan sosok Tuhan Yang Maha Adil guna membentuk cara pandang baru dalam menilai dan menyikapi hidup. Berita terkini, KPK konon telah menciduk oknum PNS yang nyogok (oknum PNS yang saya jelaskan sebelumnya). Intelektualitas yang saya andalkan sejak dulu, sekarang cukup berguna dengan menjadikan saya seorang guru les kecil-kecilan. Saya yakin keadilanNya akan segera ditampakan di dunia, dan/atau di dunia lain... Afterlife (jika kamu mengimaninya hehe).
S128Cash - Situs Betting Online Terpopuler dan Terpercaya
BalasHapusKarena Kepopulerannya, S128Cash menjadi salah satu situs Terfavorite bagi para bettor saat ini.
Hanya dengan minimal Rp 25.000,- Anda sudah bisa bermain semua permainan yang tersedia, seperti :
- Sportsbook
- Live Casino
- Sabung Ayam Online
- IDN Poker
- Slot Games Online
- Tembak Ikan Online
- Klik4D
Segera bergabung dan raih kemenangan Anda serta dapatkan PROMO BONUS menariknya, yaitu :
- BONUS NEW MEMBER 10%
- BONUS DEPOSIT SETIAP HARI 5%
- BONUS CASHBACK 10%
- BONUS 7x KEMENANGAN BERUNTUN !!
Untuk informasi lebih lanjutm bisa hubungi kami melalui :
- Livechat : Live Chat Judi Online
- WhatsApp : 081910053031
Link Alternatif :
- http://www.s128cash.biz
Judi Bola
Daftar Situs Judi Bola Resmi