Perpisahan (IGTF Special Part)
Oh shit, belum apa-apa gue langsung homesick rumah di
Delanggu nih. Ditambah lagi, kemarin Emak gue masak mendoan buat buka puasa.
Aaaaa itu kan makanan klan Delanggu banget. Gue langsung kangen makan pake mayonaise
yang botolnya menyerupai body lotion itu kan...
Waktu gue nulis ini, gue baru aja bangun dari tidur ‘jilid
2’. Tidur jilid 2? Aaaaaa itu kan istilah klan Delanggu banget. Kalo kami masih
ngantuk abis shalat Subuh, biasanya kali langsung tidur jilid 2. Aaaa jadi
kangen kan. Di tidur jilid 2 barusan, gue mimpi lagi beraktivitas di sawah
bareng klan Delanggu. Tak hanya itu, tidur jilid 1 pun gue bermimpi mendapat
program tambahan yang membuat kami harus tinggal di Delanggu 1 minggu lagi. Wuuu
coba beneran yak?!
Ternyata, temen-temen klan Delanggu juga merasakan hal yang
sama:
Wuuu jadi inget closing ceremony kemarin kan... *flash back 3
hari yang lalu*
***
Malam ini merupakan malam terakhir kami di Delanggu. Banyak
warga dari klan lain seperti klan Tulung, Jatinom, Juwiring yang ikut menginap
di kediaman kami. Kebersamaan yang terjalin di klan Delanggu memang mampu
membuat orang lain merasa nyaman.
Sebagai ucapan terima kasih, kami berniat memberikan sedikit
bingkisan kepada beberapa orang yang berjasa di Delanggu. Salah satu orang yang
paling berjasa adalah keluarga pemilik rumah yang kami tumpangi, yaitu pak
Bambang. Atas fasilitas rumah yang beliau berikan, sebuah keluarga baru telah
tercipta, yaitu klan Delanggu.
Sebelum tarawih, kami didampingi pak Kades berkunjung ke
rumah pak Bambang untuk pamit dan berterima kasih. Kami berniat memberi
beberapa bingkisan dan uang kepada beliau. Pak Kades juga turut memberi
sumbangan sebagai tambahan bingkisan kami. Begitu kami memberi bingkisan
tersebut, pak Bambang malah menolaknya. Beliau menyatakan bingkisan tersebut
buat kami saja. Beliau sudah sangat senang rumah tersebut kami tempati. Mother
of Kind! Baik banget pak Bambang :')
Di saat-saat terakhir seperti ini, entah mengapa ada orang
yang tiba-tiba dekat dengan gue. Seorang anak kecil yang tiba-tiba akrab dengan
gue. Ia benama Ibnu. Kalau kata anak klan Delanggu mah: "adek lu noh ngga, haha".
Si Ibnu ini mau-maunya mijitin gue dan ngatain gue ganteng. Tau aja kalo gue
ganteng, anak emang kecil nggak pernah bohong. Sebagai penghargaan, tuh
anak langsung aja gue kasih duit 2 ribu, wkwkwk. Demi menjaga tali silaturahim,
gue memberikan no HP gue kepada adek baru gue, Ibnu.
Keesokan harinya, kami ke rumah Pak Kades untuk memberi
kenang-kenangan. Saat itu merupakan kunjungan akhir kami ke rumah pak Kades. I
hope, last but not least. Kami memberi bingkisan yang kami beli dari Jogja
beberapa hari yang lalu, juga sebuah foto yang dibingkai dengan rapi
Foto yang kami cetak di Jogja, kemudian kami bingkiskan kepada pak Kades |
Pak Kades yang sedang menatap foto pemberian dari kami. |
Pak Kades merupakan sosok ayah bagi kami. Beliau mau
memberikan apa saja demi kami. Untuk sekadar bertamasya, beliau rela meminjakan
motor-motornya. Saat kami jauh, beliau sesekali menelepon untuk tahu kabar
kami.
Kami juga sempat mengunjungi kediaman pak Ridwan, sang
petinggi PPL. Beliau merupakan sosok ramah yang telah mengajak kami ke beberapa
acara penting. Beliau sampai menitahkan teman-teman PPL-nya untuk menjemput
kami, walaupun tempat tujuannya cukup jauh. Dengan kata-kata mutiaranya, pak
Ridwan juga mengajarkan kami nilai-nilai hidup.
Seusai pamit dengan pak Ridwan |
Sayangnya kami tak bisa bertemu dengan pak Marno, orang
Dinas Pertanian yang menjembatani kami dengan Delanggu. Orang yang mengantarkan
kami dari Kantor Dinas Pertanian Klaten menuju rumah di Delanggu untuk pertama
kalinya. Orang yang rela menjemput kami dari workshop di Ngabean waktu itu.
Bingkisan yang telah kami bungkus rapi pun terpakasa kami kirimkan ke alamat
beliau via jasa kurir.
Beberapa menit lagi menuju kepulangan kami. Kami mulai pamit
kepada beberapa warga Delanggu. Suasana haru semakin progresif menyelimuti
kami. Puncaknya adalah ketika mobil pick-up datang. Warga mulai mengerubungi
mobil tersebut. Penyerahan simbolik tungku sekam pun dilakukan kepada pak
Sarono didampingi pak Kades disuasana haru tersebut.
Klan Delanggu tak mampu membendung air mata. Air mata pak
Kades pun menetes juga. Mobil mulai melaju menjauhi rumah kami. Rumah yang
telah menyatukan kami. Rumah yang mengajarkan kami bahwa bahagia itu sederhana.
:'( |
Di perjalanan menuju Kantor Disperta, topi IGTF 2013 yang
gue kenakan tiba-tiba jatuh tertiup angin, mendarat dengan anggun di tepi sawah
yang hijau. Sebearnya, bisa saja gue meminta mobil untuk berhenti, lalu
mengambil topi tersebut agar bisa dijadikan kenang-kenangan yang bisa
dibanggakan dihadapan keluarga dan teman-teman. Tetapi raga gue mati, jiwa ini
menahannya. Biarlah topi tersebut tetap berada di Delanggu, sebagai simbol dari
hati gue yang selalu ada di Delanggu.
Terima kasih bang Hasan. Sosok yang mengajarkan gue untuk
menjadi pemimpin dan imam yang baik. Seneng banget bisa ketemu Fina, pribadi
yang riang dan penyayang tanpa mengenal diskriminasi. Ada juga kak Aci, sosok
cerdas nan kritis, juga selalu tabah menghadapi bully-an, hehe. Salut juga sama
Emak Siroh, wanita serba bisa yang menjadi andalan di klan Delanggu. Tak lupa
dengan Anggun, sosok innocent yang sholehah, yang menambah kemajemukan keluarga
klan Delanggu. Terima kasih ya Allah sudah mempertemukan hamba-Mu ini dengan
mereka. Terima kasih kawan sudah mau menerima gue di keluarga klan Delanggu.
Mungkin tidak ada klan yang se-heboh klan Prambanan...
Mungkin tak ada rumah yang semegah istana klan Tulung... Tetapi hanya ada satu
klan yang TERBAIK, yaitu klan DELANGGU :')
Jiah jangan sedih gitu dong! :'(
Nih gue kasih bonus :)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
HIHIHIHIHI :D
gembellll.......................
BalasHapusjadi kangennnnnnnnnnnnnnnnn Delanggu............